Analisa Motif Serangan Bom Solo dari Alumnus Mindanao
AKSI
teror menodai pengujung Ramadan yang suci. Selasa (5/7) pagi,
Mapolresta Surakarta di Jalan Adi Sucipto, Solo, menjadi target serangan
bom bunuh diri. Begitu kecilnya daya ledak bom itu sampai-sampai hanya
''membunuh diri'' si pelaku.
Adalah Nur Rohman, 30, warga Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, yang menjadi pelaku serangan tunggal tersebut.
Mantan kombatan alumnus Mindanao Ali
Fauzi punya analisis sendiri soal berbagai serangan di Mapolresta Solo.
Ali menyebutkan, ada beberapa faktor yang menjadi motif serangan.
Pertama soal dampak operasi global yang dilakukan kelompok ISIS di
sejumlah negara. ''Dari situ mereka di Nusantara berupaya menunjukkan
eksistensinya kepada polisi,'' kata adik Amrozi, pelaku bom Bali pada
2002, tersebut.
Faktor lainnya ialah adanya fatwa
langsung dari Syria untuk membuat aksi sekecil apa pun di seluruh
penjuru dunia. ''Jadi sasarannya bukan acak, mereka sudah pelajari
lokasi. Tapi, mereka tidak mumpuni saja,'' ujarnya. Dia mengibaratkan
pelaku sebagai pemain bola tarkam (antarkampung) yang tiba-tiba saja
mendapatkan tugas ikut berkompetisi di level liga. ''Jadinya ya seperti
itu, malah jadi bahan tertawaan sendiri,'' katanya.
Bom yang terjadi di Mapolresta Solo,
menurut Ali Fauzi, tidak dirancang dengan teknik tinggi. Dia menyebut
bom itu tak lebih dari mercon tanpa detonator. Akibatnya, bom hanya
melukai pelaku. Bahkan, dari foto yang dia tunjukan, pot bunga yang tak
jauh dari pelaku pun tidak rusak.
Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS)
Ahmad Romdhon menambahkan, aksis terorisme yang terjadi nyaris
bersamaan di sejumlah negara merupakan bentuk upaya menyebarkan
ketakutan secara global.
''Mereka memiliki visi-misi, yakni membuat masyarakat takut dengan teror. Semakin kita takut, visi mereka berhasil," terangnya.
Pengamat terorisme Al Chaidar
menuturkan, ledakan bom di sejumlah negara dan kemudian di Indonesia ini
sangat mungkin punya keterkaitan dengan instruksi ISIS. Sebab, sudah
dipastikan bahwa pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi mengakui pendukung
ISIS di Indonesia dan Filipina. "Pendukung ISIS di Malaysia dan Asia
Tenggara lain belum diakui, tunggu saja klaimnya," jelasnya.
Yang juga perlu dipahami, adanya bom bunuh diri low explosive
tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan kelompok teror belakangan ini
mulai melemah. Mereka sudah kehilangan sosok yang mampu membuat bom
dengan daya ledak tinggi. "Bahkan, ada beberapa sosok yang mampu membuat
bom high explosive malah enggan bergabung dengan ISIS ini," ujarnya.
No comments: